Love Ago - Mitha Juniar
Cinta pertama Thata merupakan penderita osteomalacia. Walaupun hanya sekedar cinta monyet semasa SD, Thata selalu mengenangnya dan mengaguminya sekalipun orang tersebut sudah pergi.
Lima tahun sudah Thata pergi menuntut ilmu sesuai dengan keinginan hatinya, sekalipun hal itu bertentangan dengan perintah orang tuanya. Setelah selesai dengan pendidikannya, Thata kembali ke ibukota, rumahnya. Kala itu Febri, cinta pertama Thata telah pergi setelah diberitakan oleh Rinto, rivalnya semasa SD. Namun, perjodohan telah menanti di depan mata. Begitulah orang tua Thata, selalu ingin mengatur segalanya untuk putri semata wayang mereka.
Namun, hati berkata lain. Cintanya tidak bisa diberikan pada pria yang dipilihkan orang tuanya, Ben.
Hatinya selalu dan hanya melihat Rinto seorang. guengnya, Ben yang tidak terima hal itu melakukan berbagai cara agar Rinto pergi dari hidup Thata. Sekali lagi, Thata harus menerima hatinya hancur berkeping-keping menerima kenyataan yang ada.
Adapun Andry, seorang motivator, salah seorang penderita Osteomalacia, mengingatkan Thata akan Febri. Namun, bukan karena Andry yang mirip dengan Febri yang membuat Thata menetapkan hatinya untuk pria itu. Kegigihan dari pria itu mampu menyilaukan mata Thata. Ya, Thata jatuh cinta lagi. Begitu pula dengan Andri. Andri selalu mengagumi kecantikan dan keramahan yang dimiliki Thata, namun apakah Thata mau menerimanya? Bagaimana dengan orang tua Thata?
******************************************************************
Penerbit : Grasindo
Tanggal Rilis : 25 Februari 2014
Bahasa : Indonesia
Jumlah halaman : 196
Emang udah lama banget ga nulis ya. Bahasanya jadi agak lebay rasanya. Yah, beberapa kali mau ngepost ada kejadian apa sih yang ngebuat gue lama ga nulis, tapi hati ini masih belum sanggup (cielaaah tukang galau puitis). Well, I got this book from Mba Desty (mmm, actually, I borrow it, -hehe-). Gue bukan jenis pecinta buku-buku galau sejenis ini sebenarnya, tapi bukan berarti gue akan menjudge buku ini jelek.
Gue akan memberi TIGA BINTANG (☆☆☆).
Kenapa tiga bintang? Kenapa bukan dua, empat, atau lima mungkin?
Alasannya:
Bukunya tipis. Iya. Karena bukunya tipis jadi gue kurang puas dengan penjabaran ceritanya. Jadi sebenarnya bukan karena jumlah halamannya sih~~ gue sedih soalnya ceritanya jadi kurang greget. Rasanya seperti menonton FTV dengan versi satu jam, ceritanya selewat-selewat gitu. Padahal.................
Ide ceritanya tuh bagus loh. gue jadi tau apa itu penyakit osteomalacia. Karena tokoh utamanya berbakat dalam berpuisi, jadi banyak puisi-puisi yang diselipkan antara satu bab ke bab lainnya. Lumayan loh bisa buat ide ngeromantisin gebetan atau pacar atau pasangan hidup. Uhuy~
Jadi begitulah alasannya, kenapa gue tidak memberikan bintang yang hanya dua, kenapa juga gue tidak bisa memberikan lebih dari tiga bintang. gueng sih, tapi buat gue, penjabaran cerita itu penting, supaya pembaca bisa ikut 'terjun' ke dalam ceritanya dan hanyut merasakan yang dialami tokoh alami. Jadi kalo tokoh utamanya lagi merasakan cinta-cintaan, pembacanya juga bisa merasa cinta-cintaan sampai akan berkomentar, "uuuuuuuw, co cwit bangeet siih, berdebar-debar juga nih hati adek".
*Fix, kebanyakan nonton film-film picisan*
Masa di mana aku megacuhkan
Itu terjadi dulu
Tak banyak ingin untuk berjalan jauh
Saat hati ini sudah terpaku mentari cerah
Masa ketika aku mulai sendiri
Ditinggal pagi
Kamu pun datang
Bukan sebagai senja pengantar malam
Namun sebagai lilin penerang gelap
Menemani kala terpuruk kualami
Hadir kuatkan rapuhnya hati
Yakinkan aku bisa hadapi gulita
Kembalikan harapan
Awalku tak percaya
Namun lambat laun kusadari yang berbeda pada kamu, juga hatiku
Salah kunilai kamu dengan batas yang ada
Kini kutahu kamu tak biasa
Kamu special
(Hal. 171)
Komentar
Posting Komentar