'White Wedding' yang berada 'Di Tanah Lada'

White Wedding dan Di Tanah Lada

Keduanya merupakan buku yang ditulis oleh Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie.
Persis begitulah nama yang tertulis di sampul kedua buku ini. Nama pengarang yang unik membuat gue tertarik untuk membeli dan membaca supaya bisa menyimpulkan seunik apakah isi dari bukunya. Dengan harapan seunik nama si pembuat.


Pertama, Di Tanah Lada

Ini yang pertama kali gue dapatkan di toko buku, jadi akan gue bahas ini di urutan pertama.

Tanah Lada (kb.) = tanah yang menumbuhkan kebahagiaan (Hal. 217)

Namanya Salva. Panggilannya Ava. Namun papanya memanggil dia Saliva atau ludah karena menganggapnya tidak berguna. Ava sekeluarga pindah ke Rusun Nero setelah Kakek Kia meninggal. Kakek Kia, ayahnya Papa, pernah memberi Ava kamus sebagai hadiah ulang tahun yang ketiga. Sejak itu Ava menjadi anak yang pintar berbahasa Indonesia. guengnya, kebanyakan orang dewasa lebih menganggap penting anak yang pintar berbahasa Inggris. Setelah pindah ke Rusun Nero, Ava bertemu dengan anak laki-laki bernama P. Iya, namanya hanya terdiri dari satu huruf P. Dari pertemuan itulah, petualangan Ava dan P bermula hingga sampai pada akhir yang mengejutkan.

*******************************************************************
Berkat cerita ini Ziggy dinobatkan sebagai Pemenang II Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2014.

Isi dari buku ini mengejutkan (gue pribadi). Dengan tokoh Salva, seorang anak kecil tapi memiliki kemampuan bahasa Indonesia yang harusnya patut ditiru oleh kita orang dewasa. Jangan berharap cerita yang ceria dalam buku ini. Kemampuan berpikir dari Salva dan P serta kehidupan yang mereka jalani membuat gue tidak dapat menemukan keceriaan. Tapi dari sudut pandang mereka, gue mencoba untuk melihat sudut pandang berbeda dari yang gue gunakan selama ini.

___________________________________________________________

Kedua, White Wedding - Malaikat juga bisa... jatuh cinta


Kalau udah ada kata 'malaikat' di sampul bukunya, entah kenapa gue langsung berpendapat ceritanya akan romantis (bukan malaikat kematian ya).

Ini kisah kecil tentang gadis mungil bernama Elphira. Dia terlahir albino. Drai ujung kepala hingga ujung kaki, semuanya putih. Kadang-kadang, Elphira menganggap dirinya hantu. Dia akan meringis ngeri setiap melihat pantulan dirinya dalam cermin. Kulitnya akan terbakar jika sinar matahari menyentuhnya. Pada akhirnya, Elphira punya satu keyakinan bulat: dia benci warna putih.

Kemudian, kisah kecil ini menjadi besar ketika Sierra, cowok berambut merah datang ke dalam hidup Elphira. Dia sabar bagaikan malaikat. Dia tersenyum ketika Elphira merajuk, dan teguh pada tekadnya untuk membuat Elphira menyukai warna putih. Bagi Sierra, putih adalah warna kebahagiaan, kesucian, dan keabadian.

Elphira senang atas kehadiran Sierra, sebenci apa pun dirinya pada prinsip Sierra tentang warna putih. Hingga, Elphira percaya. Mungkin dia harus menerima semua keyakinan konyol Sierra tentang warna putih. Namun haruskah kisah besar ini dihentikan jika Sierra memang benar-benar malaikat?

*************************************************************

Elphira, gadis berwarna putih karena dia terlahir albino. Menurut dia, putih bukan warna yang bagus karena selalu membawa bencana bagi orang di sekitarnya, dimulai dari ayahnya, ibuya, kemudian temannya dalam komunitas merajut. Tapi Sierra yang sesungguhnya adalah malaikat yang turun ke bumi berusaha untuk membuat Elphira mencintai warna putih.

Buku ini tidak se'suram' buku sebelumnya, walaupun tetap saja gue berkaca-kaca membacanya (entah lebay entah beneran sedih). Kedua tokoh dalam buku ini juga merupakan anak kecil, walaupun tidak semuda tokoh Di Tanah Lada. Cerita ini menekankan pada keberterimaan kita sebagai manusia yang ada pada diri kita masing-masing. Setiap orang pasti memiliki perbedaan, dan tugas kita bukanlah untuk membenci perbedaan itu, melainkan mencintai perbedaan itu dan bukan menganggapnya sebagai bencana.

Yang tidak disangka dari alur cerita ini adalah bahwa Ziggy tidak berusaha memberikan klimaks yang sangat waw dan meledak-ledak seperti umumnya tapi mengalir begitu saja sehingga terkesan polos dan simpel. Walaupun begitu, Ziggy tetap mampu membuat cerita ini menggugah dan membawa perasaan pembaca pada kedua tokoh utamanya.


Hmmm..berapa nilai yang akan gue berikan?

Di Tanah Lada : 8 dari 10
White Wedding : 8.5 dari 10

Masih ada beberapa buku Ziggy yang belum gue baca, selanjutnya (kalau udah beli yaa) gue akan mencoba untuk sedikit menceritakan pendapat pribadi gue mengenai fiksi romantis yang ditulis olehnya. :)






Komentar

Postingan Populer