King's Cage - Victoria Aveyard (Red Queen Series)



Original Title : King's Cage
Edition Languange : Indonesian
ISBN13 : 9786023852864
Series : Red Queen #3
Literary Awards : Goodreads Choice Award Nominee for Young Adult Fantasy & Science Fiction (2017)

*blurb*

“Jadilah saksi atas tawanan ini, atas pertanda kemenangan ini!
Ini dia Mare Barrow, pemimpin Barisan Merah.
Seorang pembunuh, teroris, musuh besar kerajaan kita.
Dan, sekarang, dia berlutut di hadapan kita.
Darahnya yang mengucur menjadi bukti akan identitasnya.”

Gadis berkekuatan petir dari Kaum Merah -- Mare Barrow -- tertangkap saat memberontak dan ditahan dalam sangkar cantik Kerajaan Norta. Maven, sang Raja Kaum Perak, terobsesi membalas dendam kepadanya. Dia menjadikan Mare boneka yang tak berdaya menolak perintahnya.

Namun, pemberontakan belum selesai. Percobaan pembunuhan terhadap sang Raja terjadi dan perang pun berkobar. Mare diselamatkan. Kini dia harus berlatih keras untuk menyempurnakan kekuatannya demi pertarungan puncak nanti. Di tengah situasi yang semakin panas, hubungan Mare dengan Cal -- Pangeran Perak yang terbuang -- pun semakin dalam.

Perang menjanjikan dimulainya Era Baru. Namun, benarkah semua perbedaan bisa bersatu dan perdamaian bisa tercipta? Bagaimana jika untuk mencapai itu semua, Mare harus melepaskan hal terpenting dalam hidupnya?

----------

Buku ketiga dari seri Red Queen. Dan bagi kalian yang berharap ini buku terakhir, kalian bakal kecewa.. Karena setelah gue kepoin akunnya Mbak Aveyard, Mei 2018 akan rilis buku keempatnya. Lagian emang nanggung rasanya kalau tamat di buku ketiga ini. *elus-elus janggut* *padahal gak punya janggut*

Setelah Mare mengalami berbagai siksaan dan berakhir dengan tertangkapnya dia oleh Maven, Mare harus menghadapi hari-hari menjadi boneka Maven. Sehari-hari dirinya dikurung dalam ruangan serba putih, dengan batu hening yang melingkar di pergelangan tangannya sebagai alat untuk mengurung kekuatan petirnya. Mare dipaksa menjadi boneka Maven dengan membacakan pernyataan yang telah diperintahkan Maven untuk diucapkan di depan rakyat Perak maupun Merah, membuat Mare seolah-olah berkhianat terhadap Barisan Merah.

Namun, posisi Maven sebagai Raja baru tentunya memiliki banyak halangan. Evangeline yang merupakan tunangannya ingin agar semua berjalan sesuai keinginannya. Dan tanpa kehadiran ibunya di samping Maven, ia tentunya bukan lagi menjadi sosok raja yang disetir oleh keinginan ibunya.

Selain dari sudut pandang Mare, pada buku ketiga ini Cameron pun menjadi salah satu tokoh yang menceritakan kisah Barisan Merah. Barisan Merah yang tidak langsung terprovokasi dengan pernyataan yang dibuat oleh Mare tetap pada rencana mereka untuk ‘menculik’ kembali Mare ke sisi mereka. Cal, sang Pangeran Perak terbuang, sangat mengkhawatirkan kondisi Mare yang berada di pihak lawan. Dirinya semakin yakin memutuskan pihak yang akan dibelanya, demi mendapatkan Mare ke sisinya kembali.

Akhirnya mereka berhasil ‘menculik’ Mare kembali dan membawanya bergabung dengan Barisan Merah dari negara lain. Mare yang baru saja lepas dari kekuatan Batu Hening butuh memanggil kembali kekuatan petirnya. Dibantu dengan para darah baru yang juga memiliki kekuatan petir seperti miliknya, Mare perlahan-lahan belajar untuk semakin menguasai kekuatannya dan mengembangkannya semakin jauh.

Sayang sekali, perjuangan mereka tidak hanya sampai di situ saja. Semakin banyak pihak yang terlibat dalam setiap perencanaan pergerakan Barisan Merah, semakin banyak juga kepentingan dari pihak lain yang menggoyahkan pertahanan mereka. Yang berawal sebagai sekutu dapat menjadi musuh di lain waktu. Mare dan Barisan Merah menghadapi pilihan yang harus segera mereka ambil demi kelangsungan revolusi yang mereka inginkan. Mampukah mereka meneruskan revolusi tersebut?

-------------

Buku setebal 682 halaman ini sebenernya udah mulai gue baca dari Desember 2017, tapi baru kelar Januri 2018. Lama karena buku ini sempat gue tinggal di Yogya pas gue pulang kampung Natalan ke Bogor. Sedikit cerita di atas itu ‘gak mencakup semua kisah di buku kali ini. Tokoh ceritanya semakin banyak, kisahnya juga semakin banyak. Pada awal buku ini, saat yang dikisahkan tentang Mare dan ‘penjara cantiknya’, jujur aja gue bosen.

Kok gitu-gitu aja sih, kok ga ada pergerakan apa-apa sih, kok Mare betah banget sih, ngapain kek, gini kek gitu kek.

Karena di dua buku sebelumnya kebanyakan yang diceritain adalah aksi-aksi mereka saat merekrut Darah Baru, makanya begitu baca Mare yang cuma bisa diam saat terkurung ya jadinya bosen. Tapi ternyataa gue salah duga.

Begitu Mare terselamatkan, di situlah aksi-aksi yang gue harapkan muncul ke permukaan. Perjuangan Barisan Merah mulai terasa. Ditambah dengan kisah dari tokoh-tokoh lainnya, membuat cerita semakin terasa kaya. Perasaan dari Mare, Cal, Cameron, Maven, Kapten Farley, Kilorn, Evangeline, dan tokoh lainnya baik yang lama maupun yang baru muncul tergambarkan dengan jelas.

Ohya, tapi gue sedikit pusing ngapalin nama-nama para bangsawan Perak. Eh bukan susah ngapalinnya, susah inget mereka punya kekuatan apa-apa aja…

Maklum.. anaknya lemot.. ahahahahaa

Delapan koma tujuh dari nilai sepuluh!!!
Soalnya sempet bosen pas awal cerita.. Hehehee

Gak sabar nunggu buku berikutnya..
Ohya, kebetulan Victoria Aveyard bikin cerita sampingan dari kisah Red Queen ini. Tunggu aja ya reviewnya di post gue yang berikutnya. :)



Darah yang menderu di telingaku menenggelamkan segalanya kecuali benakku yang menjerit-jerit. Ide-ide keji dan kata-kata jahat berkelotakan seperti burung dalam sangkar. Munculnya satu-satu, yang berikut lebih parah daripada yang terdahulu. Bukan orang pilihan dewa, melainkan orang yang dikutuk dewa. Bukankah kami semua begitu?

Mare Barrow, page 680.


Komentar

  1. Aku paling suka buku yang pertama. Buku kedua, ketiga, keempat, cenderung membosankan dan alurnya lambat banget.

    Salam, http://www.kretaamura.com/

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer